Kepala Bulog Saumlaki Diduga Timbun 500 Ton Beras, Rakyat Kecil Bertanya – tanya

oleh

InvestigasiMabes.com | Saumlaki  – Kepala Badan Urusan (Bulog) Saumlaki Ronal Daniel Tuhilatu diduga sengaja menimbun 500 ton beras di gudang sejak 13/11/2023 lalu. Apa dampaknya bagi masyarakat ekonomi rendah di ? Ada apa gerangan?

 

Keluhan sejumlah warga Kota Saumlaki – Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) disampaikan langsung kepada awak media ini sudah sejak Senin (13/11) sampai Jumat 17/11/2023.

 

Demi memastikan fakta tentang keluhan masyarakat kecil tersebut, awak media ini pun bergerak mengumpulkan informasi. Benar saja, keterangan yang terkumpul dari sekurity gudang Bulog di areal Desa Sifnana Jony Batlayeri diketahui alasan teknisnya.

 

Menurut Batlayeri, 500 ton beras yang ada di gudang tersebut belum bisa didistribusikan/dijual karena ketiadaan stok karung berukuran 5 kilogram (kg). Informasi terkait kekurangan karung itu diperoleh media ini dalam dua kesempatan, yakni Senin (13/11) dan Kamis (16/11).

 

Saat ditanyai apakah masyarakat kecil yang hendak membeli beras bisa dilayani dengan kantong plastik, sekurity yang bertugas di pos jaga itu menjawab tidak bisa.

 

Selanjutnya, untuk mendapatkan kepastian jawaban dari Ronal Tahilatu, media ini menyodorkan beberapa pertanyaan : Apakah beras Bulog di gudang itu sudah bisa dibeli sekarang? Apakah ketersediaan stok beras di Bulog Saumlaki saat ini sebanyak 500 ton atau lebih? Apakah ketiadaan karung 5 kg jadi alasan satu – satunya ataukah ada juga faktor penyebab lainnya?

 

Terhadap pertanyaan diatas, Tahilatu memberikan jawabannya sebagai berikut :

“Maaf belum bisa pak. Untuk saat ini kita diperintahkan hanya bisa salurkan beras dalam kemasan SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pangan) 5 kg saja. Nanti kalau sudah siap baru bisa melayani masyarakat. Kemungkinan akhir bulan ini sudah bisa melayani konsumen lagi Pak, ” jelasnya.

 

Menanggapi informasi soal waktu (akhir bulan) diatas, salah satu warga yang tak ingin namanya disebutkan berkomentar,

“Mengapa kami tidak bisa dilayani dengan kantong plastik saja? Kami masyarakat kecil selama ini hanya berharap pada beras Bulog karena Rp 59.000/5 kg adalah harga yang sangat sesuai dengan kemampuan ekonomi kami. Sedangkan beras di toko yang tersebar di pasaran saat ini sudah mencapai harga Rp 80.000,00 hingga 90.000,00/5 kg, ” ungkapnya.

 

Berdasarkan hasil penelusuran media ini, maka fakta yang terkumpul adalah bahwa :

Pertama, mayoritas masyarakat di Tanimbar cenderung membeli beras Bulog. Kedua, tersedia 500 ton beras di gudang Bulog Saumlaki (Senin,13/11). Ketiga, stok karung berukuran 5 kg di gudang pemerintah itu dikabarkan habis. Keempat, kantong plastik tidak dijadikan alternatif sebagai pengganti karung berukuran 5 kg oleh pihak Bulog Saumlaki. Kelima, Ronal Tahilatu menyatakan bahwa saat ini pihaknya DIPERINTAHKAN hanya bisa salurkan beras dalam kemasan SPHP 5 kg saja. Keenam, waktu penjualan beras Bulog kepada masyarakat Saumlaki dan sekitarnya adalah akhir bulan November ini.

 

Sehubungan dengan fakta diatas, maka suka tak suka, mampu tak mampu masyarakat kecil di Tanimbar dihadapkan pada dua kemungkinan praktis : Pertama, silahkan menunggu hingga akhir bulan untuk bisa membeli beras Bulog. Kedua, memaksakan diri membeli beras 5 kg di toko/pasar dengan kisaran harga mulai dari Rp 16.000 – Rp 18.000/kg hingga akhir bulan.

 

Apakah penundaan sementara distribusi beras oleh pihak Bulog Saumlaki sebagaimana diinformasikan oleh Ronal Tahilatu tersebut tidak semakin memperparah kondisi masyarakat kecil di Kabupaten Kepulauan Tanimbar? Bukankah masyarakat ini telah menderita karena krisis multidimensi “domestik” (khusus di Tanimbar) beberapa tahun terakhir?

 

(Red-HY)

Related Posts