InvestigasiMabes.com l Cirebon -- Di ujung Jalan, di sudut Desa dengan kontur tanah yg menyerupai Cekungan laksana bekas Danau yang telah mengering , tepatnya di Desa Asem, Kampung Dongkol, Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon . sekilas Lokasi ini tak ubah sebuah lembah yang hanya ditumbuhi ilalang dan beberapa jenis tanaman keras semacam kelapa , angsana dan Nampak beberapa pohon manga liar.Atmosphere alam dilokasi ini memang terasa sedikit lebih adem jika dibandingkan dengan lokasi lain di Kabupaten Cirebon, kondisi ini dimungkinkan karena letak geografisnya yang tidak terlalu dekat dengan Pantai Utara Kota Cirebon, yakni sekitar 20 km ke arah selatan dari Pantai Utara Laut Jawa Cirebon .
Saat Kami dari Investigasimabes.com Melewati lokasi itu tanpa sengaja sepasang mata kami selintas melihat sebuah Papan nama suatu Bangunan dalam Bentuk Spanduk Sederhan dengan ukuran Panjang sekitar 3 M. dan tinggi lebih kurang 70cm. Spanduk itu menempel pada sebuah Gerbang menyerupai Gapura dan di bawahnya terdapat area Jalan yang merupaka Akses Utama menuju sebuah Bangunan Pesantren Dan ternyata Spanduk yang Bertuliskan PONDOK PESANTREN SALAFIYAH “DARUSSALAF” itu adalah memang benar merupaka sebuah Papan Nama yang memperkenalkan kami pada Sebuah Pesantren Tua yang Dahulu sekitar 1 abad lalu tersebutlah seorang Kyai Alim Bernama Kyai Yusuf, Sosok Ajengan ( Sebutan Kyai atau Pemuka Agama Islam di Tatar Sunda ) yang Hidup Di abad 18 yakni Tahun 1840 an.Semangat Sang Kyai yang Konon Pejuang ini ternyata tak pupus ditelan Zaman, Gelora Ghiroh nya Sang Kyai ini , dimasa Penuh Tantangan karena masih diahadapkan berbagai ancaman Kolonial , namun Sang Kyai Terus ikhtiar dan Takputus Berdo’a agar suatu hari kemudian Pesantren nya dapat muncul dipermukaan dan memberi kemaslahatan bagi syi’ar Agama serta tersambungnya Tradisi kepesantrenan bagi Generasi mendatang.
Alhamdulillah Do’a Sang Ajengan atau Kyai ini serta Usaha nya tidak Sia2, karena sejatinya tak ada Do’a yang sia2, begitu ungkap salah satu Kyai yang kini mengemban amanah sebagai Pengasuh Pondok Pesantren ini, Kyai Ja’far Abdul Kadir Bin Abdul Kadir.Dalam Perbincangan Kami Beliau mengisahkan riwayat berdirinya Pesantren ini, Pada sekitar tahun 1840 an, di kisaran tahun 1850 hingga menjelang wafatnya sekitar 1860 an Pesantren ini sempat sangat aktif melaksanakan kegiatan Belajar –mengajar denga metode Pesantren yang sarat dengan kearifan local, namun Terhenti dan nyaris tak dikenali oleh Penduduk setempat sejak mangkatnya Beliau , Kendati demikian Jiwa patriotic dan kesemangatan nya ternyata diwarisi pula oleh salah seorang menantunya yang Bernama Kyai Ahmad Majadi, Kegiatan Belajar Mengajar ala Pondok Pesantren Peninggalan kyai Yusuf ini kemudian diteruskan oleh Sang Menantu tersebut.
Namun Kegiatan Pesantren sempat terjeda sepeninggal Beliau,Beruntung Putra Dari Sang kyai ini mampu membangkitkan kembali laksana reinkarnasi dari Sang Ayah, Sosok Kyai Sekalgius Cucu Kyai Pendiri awal Pesantren ini.Kebangkitan Existensi Pesantren yang Melegenda di Desa ini tak pelak lagi karena Sang Cucu yakni Kyai Ja’far Abdulkadir Bin Adul Kadir begitu Gigih melakukan upaya pelestarian tradisi Belajar –mengajar ala Pondokan atau istilah populernya Ma’had ini dengan Berbekal Ilmu Pengetahuan Agama yang Beliau gapai melalui Jenjang2 pendidikan Pesantren di beberapa Daerah dari awa –Barat Hinga ke jawa Tengah Timur.
Disela-sela mengisahkan Riwayat Kakeknya , Beliau menceritakan sekelumit Biografi Pribadinya selaku Penerus dan Pemangku serta sekaligus Pengasuh Utama di Pondok Pesantren ini, Rentetan Perjalanan dan jenjang Pendidikan Beliau Paparkan pada investigasimabes.com dengan gamblang dan penuh senyum serta tutur kata yang ramah membuat kami semakin bersemangat dalam menyimak sekaligus menyuguhkan hasil liputannya kepada khalayak.Kyai Ja’far Abdulkadir Bin Abdulkadir ini adalah Putra Sang Kyai asli Pribumi kelahiran Desa Asem, setelah Menamatkan sekolah Formalnya yakni selepas SD Beliau melanjutkan Pendidikannya ke sebuah Pesantren salaf di Daerah Ancaran, sebuah lokasi yg boleh dibilang Hening di Pinggiran Lereng Gunung Ciremai- Kabupaten Kuningan, Jawabarat selama 1 Tahun. Seteah itu melanjutkan ke Pesantren Sarang , Kota Rembang –Jawatengah, disana Beliau memperdalam ilmu2 Agama kepada beberapa Kyai sepuh diantaranya Mbah Imam, Mbah Umar dan Mbah Faqih , setelah menamatkan MTs. Atau Madrasah Tsanawiyah Rupanya Kyai Ja’far ini masih Haus akan Ilmu Agama Hingga melanjutkan Pencarian Ilmunya ke Kota Brebes di Pesantren Assalafiyah asuhan Kyai Subhan Mamun Hingga 7 Tahun di abdikan jiwa raganya untuk mendalami ilmu Agama di Pesantren itu.
Sangat ironis memang jika sekilas kita menyimak riwayat keberadaannya namun hasil telisik dilokasi ternyata masih sangat memprihatinkan untuk kondisi infra struktur dan sarana2 penunjang kegiatan kepesantrenan lainnya. Team investigasimabes.com pun terbesit untuk turut menghimbau agar Para aparatur pemerintahan yang berkompeten di wilayah Pendidikan khususnya yang bebasis Pesantren Untuk Lebih memberikan perhatian dan prioritas nya pada Objek Pesantren selaku Subjek di Bidang Pendidikan .Demikian sekilas Pengalaman kami sebagai pewarta dari investigasimabes.com dalam momen silaturahmi ke Pesantren , semoga Liputan ini menambah hasanah .
CIREBON,INVESTIGASIMABES.COM 21/07/2023, WAKAPERWIL2 JABAR. SUHERMAN
Editor : Investigasi Mabes