Dengan demikian, ketika rakyat kini hidup dalam pusaran utang pribadi yang mencekik, tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Sebab, pemerintah telah lebih dahulu memberi contoh konkret bahwa utang adalah instrumen utama dalam menyiasati keterbatasan. Maka menjadi sahih jika rakyat Banyuwangi hari ini menjadikan utang sebagai gaya hidup, sebab mereka meniru teladan dari atas: sebuah etika keuangan publik yang cacat sejak dalam pikiran.
Kebijakan berutang bukan hanya keputusan ekonomi, tetapi cerminan mentalitas kekuasaan. Dan bila pemerintah tidak mampu memberikan contoh pengelolaan fiskal yang bijak, maka jangan berharap rakyat akan hidup dalam kemandirian. Sebab, seperti pepatah Jawa bilang, "Wong cilik mung niru sing gede." Pemerintahnya senang berutang, maka warganya pun ikut-ikutan menjadikan utang sebagai solusi hidup. Maka tidak salah jika Banyuwangi hari ini bukan hanya darurat utang publik, tetapi juga darurat teladan moral.
Sumber : Team